Seorang
Imam Besar Katolik Ortodoks, Dmitri Smirnov, menyampaikan sebuah
khutbah gereja yang menggemparkan di depan ratusan jemaatnya.
Dia
mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik pemeluk Islam. Berikut
ini ceramahnya kepada jemaatnya sebagaimana Muslimina beritakan:
Kalian
lihat, ketika umat Islam merayakan hari besar keagamaannya, tidak satu
pun orang yang berani melewati mereka, karena di seluruh dunia di
masjid-masjid dan jalan-jalan kota di padati jutaan ribu umat Islam yang
sedang bersujud kepada Tuhannya.
Saksikanlah,
barisan jutaan umat manusia yang beribadah dengan sangat teratur dan
mengikuti shaf mereka masing-masing, dan hal itu tidak perlu diajarkan.
Mereka berbaris dengan tertib tanpa harus di perintah.
Lalu
dimana kalian bisa melihat pemeluk Kristen seluruh dunia, bisa beribadah
bersama? Dan hal itu tidak ada dalam Kristen, kalian tidak akan pernah
melihatnya.
Lihatlah mereka, orang Muslim kerap membantu dengan sukarela tanpa berharap imbalan, tapi pemeluk Kristen malah sebaliknya.
Kalian
tanyakan pada wanita tua itu (sambil menunjuk wanita yang lumpuh yang
berada di gerejanya). Menurut wanita tua itu, seorang pengemudi Muslim
sering menyediakan jasa transportasinya untuk mngantarnya ke gereja di
Moskow.
Dan setiap
wanita tua itu ingin memberinya upah, tapi pengemudi Muslim selalu
menolaknya dengan alasan bahwa Islam melarang mengambil upah pada wanita
lansia, jompo, dhuafa dan anak-anak yatim di berbagai panti dan
yayasan.
Dengarkanlah
persaksiannya, padahal wanita tua itu bukan ibu atau kerabatnya, tapi
pengemudi Muslim mengatakan dalam Islam wajib menghormati orang yang
lebih tua, apalagi orang tua yang lemah dan tak berdaya tersebut.
Keikhlasan
pribadi pengemudi Muslim tersebut tidak ada ditemukan dalam pemeluk
Kristen yang mengajarkan kasih, tapi pengemudi Kristen bisa tanpa belas
kasih meminta upah atas jasa transportasinya pada wanita tua itu. Dia
mengatakan layak mendapat upah karena itu adalah profesinya sebagai jasa
transportasinya.
Seorang Muslim justru lebih dekat dengan Sang Mesiah, tapi orang Kristen hanya ingin uang.
Apakah kalian tidak merasakan?
Bagaimana
dalam prosesi penebusan dosa, siapa saja harus membayar kepada
pendetamu, entah itu miskin atau manula, wajib memaharkannya sebagai
ritual pengampunan dosa.
Saksikan
juga, seorang Muslim tidak tertarik untuk mngambil upah pada orang-orang
lansia. Mereka begitu ikhlas dengan sukarela membawakan barang-barang
serta belanjaan wanita tua itu. Sampai sang wanita tua itu hendak berdoa
ke gereja, sang pengemudi Muslim setia antar jemput wanita tua itu.
Inilah
kenapa saya mengatakan masa depan Rusia akan menjadi milik mayoritas
pemeluk Islam dan negeri ini akan mnjadi milik Islam. Kalian lihat
pribadi yang berbudi luhur dan santun, mampu membuat dunia tercengang,
ternyata akhlak Muslim lebih mulia daripada jemaat Kristen.
Kalian
mendengar bahwa Islam dituduhkan sebagai agama teroris, tapi itu hanya
isu belaka yang pada kenyataannya umat Islam lebih mengedepankan tata
krama serta kesopanan.
Walau
mereka di fitnah sebagai teroris, tapi populasi jumlah mualaf di Eropa
dan Rusia makin ramai berdatangan ke tempat ibadah orang Muslim untuk
memeluk Islam, karena para mualaf tahu betul bahwa Islam tidak sekejam
yang dunia tuduhkan.
Sekarang
dan selamanya, masa depan Rusia akan menjadi milik umat Islam. Di masa
depan adalah kembalinya kejayaan Islam. Lihat populasi Muslim di Rusia,
telah berjumlah 23 juta dan pemeluk Kristen mngalami penurunan menjadi
18 juta, lalu sisa yang lainnya masih tetap komunis.
Ini sebuah
fakta bahwa Islam sekarang menjadi agama terbesar di Rusia. Di utara
bekas pecahan negara Uni Soviet mayoritas Muslim yaitu Republik
Chechnya, Tarjikistan, Kajakhstan, Uzbeckistan dan Dagestan. Lalu umat
Islam telah menjamah di kota-kota besar Rusia termasuk Moskow.
Imam Besar
mengakhiri khutbahnya dan turun ke mimbarnya dengan mata yang berair,
di mana para jemaatnya masih trpaku dan haru, tidak menyangka seorang
Imam Besar Katolik bisa mengagungkan orang Muslim.
Sebagian jemaat ada yang menangis melihat cara ajaran Islam, ternyata berbudi luhur dan tidak layak di sebut “teroris”.
(HP/MediaIslamia.com)